
Siapa sih yang tidak mengenal Golkar? Partai berlambang beringin. Hampir semua penduduk Indonesia mengenal Golkar dan bahkan di negara asing, Golkar sangat disegani. Dalam berapa kali periode pemilihan yang kuikuti baik itu Legislatif maupun Pilpres, Golkar selalu menjadi salah satu partai yang di perhitungkan. Di era bapak Akbar Tandjung, Golkar mengalami reformasi besar-besaran. Beliau sempat terpilih sebagai Ketua Umum Golkar yang kemudian kepemimpinan berpindah ke Jusuf Kalla. Lantas, adakah hubungan antara Pemimpin Umum Golkar dengan hasil perolehan di Pilpres kali ini? Saya jawab, ada. Beberapa kali diberitakan bahwa ditubuh Golkar sedang terjadi pergolakan yang walaupun oleh elite Golkar selalu ditutup-tutupi, namun saya sendiri dapat melihat dan merasakannya. Ada ketidakharmonisan diantara para elite Golkar.
Deklarasi pengukuhan Jusuf Kalla sebagai capres 2009 tidak dihadiri Aburizal Bakrie, Akbar Tandjung dan Agung Laksono. Saya mengajak anda untuk flashback ke belakang. Kalau anda masih ingat, ketika Pak Jusuf Kalla mendeklarasikan diri sebagai calon Presiden dari Golkar. Ada tiga orang tokoh elite Golkar yang tidak hadir saat itu. Mereka adalah Aburizal Bakrie sebagai Anggota Dewan Penasihat Partai Golkar(Menko Kesra), Akbar Tandjung (Mantan Ketua Umum Golkar) dan Agung Laksono (Wakil Ketua Umum Golkar). Ini menunjukkan ketidakkompakan di tubuh Golkar.
Dukungan daerah khususnya DPD tingkat II dan DPD tingkat I terhadap Jusuf Kalla sangat lemah. Sepertinya mereka kecewa lantaran tidak dilibatkan dalam penetapan calon presiden dari Partai Golkar. Sedari awal memang telah diketahui kalau aspirasi dari daerah DPD tingkat I dan DPD tingkat II adalah menginginkan Golkar tetap berkoalisi dengan Demokrat mengingat kekalahan di Legislatif. Saya menduga, tidak dilibatkannya DPD tingkat I dan tingkat II pada penentuan Capres dari Golkar menjadikan pilihan mereka jatuh pada pasangan Capres Cawapes lainnya. Inilah yang membuat Golkar kehilangan banyak suara. Mesin politik tidak berjalan dengan baik dan jauh dari harapan.
Munaslub Golkar dipercepat Juli 2009. Selain dua contoh di atas, masih ada satu lagi yang paling heboh di tubuh Golkar. Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) Golkar yang terkesan dipaksakan untuk dipercepat setelah pemilu. Pada awalnya Munaslub direncanakan bulan Oktober 2009. Namun sebuah pertemuan yang terbilang rahasia di rumah pak Ical yang mengundang beberapa tokoh elite Golkar telah merancang agenda baru untuk Munaslub. Siapakah ketiga tokoh ini? Diduga, mereka adalah Pak Ical sendiri atau sapaan akrab dari Aburizal Bakrie, Agung Laksono dan Akbar Tandjung. Dapat dibayangkan, di tengah hiruk-pikuk kampanye untuk memenangkan pasangan JK - Wiranto, ternyata kubu pak Ical mengadakan rapat yang khusus membahas agenda Munaslub untuk merancang pergeseran Ketua Umum Golkar Jusuf Kalla lebih cepat lagi. Pilpres saja belum selesai tapi munaslub sudah dipercepat.
Akbar Tandjung dipinang SBY sebagai cawapres 2009. Masih ingat manuver Golkar dengan memajukan Akbar Tandjung sebagai Cawapres untuk SBY? Ini saja sudah mengindikasikan ada yang tidak beres di tubuh Golkar. Di sisi lain, Jusuf Kalla yang notabene sebagai ketua umum Golkar maju sebagai Capres. Namun pada kenyataannya Akbar Tandjung tidak jadi sebagai cawapres SBY yang meminang Budiono.
Golkar belum siap jadi partai oposisi. Satu lagi analisa berikut. Menurut saya, Golkar memang belum siap menjadi oposisi terhadap partai lain. Puluhan tahun saya mengenal Golkar identik dengan kekuasaaan dan pemerintahan. Ketika dihadapkan pada sebuah pilihan untuk menjadi oposisi partai lain ternyata Golkar belum siap. Jadi saya berasumsi bahwa Golkar memang harus tetap mendukung pemerintahan dengan berkoalisi dengan partai yang berkuasa dalam pemerintahan saat ini. Inilah salah satu jalan tengah agar Golkar tetap eksis dalam pemerintahan.
Mulailah mengevaluasi kinerja Partai, jadikanlah kekalahan ini sebagai pelajaran berharga. Kalah bukan berarti masa depan partai suram. Jadikan kekalahan ini untuk mengangkat moral dan motivasi bagi setiap elite dan kader-kader politik Golkar baik DPD tingkat I dan DPD tingkat II agar semakin merapatkan barisan dan berbenah diri. Sudah saatnya untuk melakukan evaluasi partai Golkar. Salam hormat saya buat pak Jusuf Kalla dan para elite Golkar, pendukung dan simpatisan Golkar serta seluruh rakyat Indonesia yang masih tetap setia mendukung Golkar..
Related Post:
- Selamat atas Pelantikan Presiden dan Wakil Presiden RI
- Bersimpati Dan Berduka Pada Korban Gempa
- Selamat Hari Raya Idul Fitri 1430H
- Dipastikan Noordin M Top Tewas
- Selamat Menunaikan Ibadah Puasa Ramadhan
- Dirgahayu Republik Indonesia Ke 64 Merdeka.!!?
- Noordin M Top Still Alive
- Noordin M Top Gembong Teroris Tewas
- Blog Nurdin M Top - Bushro Ditemukan
- Kontroversi Pidato SBY Tentang Bom Indonesia
- Bom Hantam JW Marriot - Ritz Carlton Indonesia
- Golkar Oposisi atau Koalisi Pilih Mana?
- Panduan Penggunaan KTP dan Paspor
- Kampanye JK - SBY Semakin Panas
- Alhamdulillah Prita Mulyasari Bebas
- KBRI Malaysia Somasi Manohara
- Bebaskan Ibu Prita Mulyasari
- Pasangan Capres Cawapres Pilpres 2009



6 comment:
siapapun yang menang, semoga tetap memperjuangkan kepentingan rakyat
JK mungki mengalami yang dinamakan karma politik..Bukan JK yang patut disalahkan, tetapi orang-orang disampingnya yg mengkhianatinya...
hahaha politik mene.......mudah2an suara aku kemarin gak salah orang hehehehe
@Bisnis Online
Mari berperan aktif membangun bangsa ini dengan kapasitas kita masing-masing. Dengan ngeblog kayaknya bisa koq
@Agoez
Mungkin benar
@Edylaw
Kebetulan saya sedang belajar membaca pergerakan peta politik Indonesia bang.
*Nyasar dari Y!A
Mungkin memang seperti itu, ada beberapa elite DPP yang membelot, satu nama tambahan mungkin... Muladi
@novianto
Terimakasih mas, kalau nama Muladi baru saya tahu. Wah, ternyata banyak yang membelot ya. Pantes aja Golkar bisa kalah. Hmm..
Post a Comment